Scroll untuk baca artikel Lain
iklan 325x300
iklan 325x300
Berita InternasionalInfo KitaNewsTekhnologi

Warna Olo – Misteri Tak Bisa Dilihat , Tak Akan Pernah di Layar

8
×

Warna Olo – Misteri Tak Bisa Dilihat , Tak Akan Pernah di Layar

Sebarkan artikel ini
Warna Olo Misteri dan Ajaib

Warna Olo , Misteri dan Ajaib yang Tak Pernah Kita Lihat — dan Tak Akan Pernah di Layar

 

Pasang Iklan Disini
iklan 325x300
Kontak Iklan 081574404040

“Tapi lebih dari itu. Saturasinya sangat dalam, sangat memikat. Tidak ada yang bisa menirunya.”

EXPOSE NET | 25 April 2025, Berkeley, AS – Bayangkan ada warna yang tak bisa ditampilkan di layar, tak bisa dilukis di kanvas, dan tak akan pernah muncul di katalog cat. Warna yang tak mirip ungu, bukan turquoise, dan bukan pula rona senja. Warna ini benar-benar baru. Namanya olo — dan ya, Anda belum pernah melihatnya.

Para peneliti dari University of California, Berkeley, mengumumkan penemuan warna baru yang dinamai “Olo” setelah melakukan penelitian selama empat tahun. Warna ini bukan ungu, turquoise, atau warna langit senja, melainkan warna biru kehijauan yang sangat intens dan belum pernah dilihat manusia sebelumnya dalam kondisi penglihatan normal.

Itulah yang baru saja diumumkan oleh sekelompok ilmuwan dari University of California, Berkeley, yang sukses memunculkan warna olo setelah empat tahun penelitian intensif.

Apa Itu Warna Olo?

Para ilmuwan menggunakan teknologi laser canggih bernama “Oz” yang dapat mengontrol respons hingga 1.000 fotoreseptor di mata secara individual. Dengan hanya mengaktifkan sel kerucut M, otak menerima sinyal warna yang belum pernah dialami sebelumnya, menghasilkan persepsi warna Olo yang unik.

Dengan menggunakan teknologi laser super presisi, tim peneliti berhasil menyinari sel-sel tertentu di retina mata manusia—tepatnya sel kerucut M—tanpa mengaktifkan sel L dan S yang biasanya juga merespons warna. Hasilnya? Otak menciptakan persepsi warna yang sama sekali baru. Warna yang tak eksis di dunia biasa.

“Bisa dibilang seperti teal, atau hijau-merak,” kata Prof. Ren Ng, salah satu peneliti utama, dalam wawancara dengan USA Today.

Hanya lima partisipan yang telah “melihat” olo sejauh ini. Mereka pun sepakat: olo tak bisa dibandingkan dengan warna apa pun yang mereka kenal. Ketika diminta mencocokkan warna tersebut, hasilnya hanya mendekati warna teal biasa — yang disebut “jauh dari aslinya”.

Karena sifatnya yang unik, olo tak bisa ditampilkan di layar komputer, dicetak, atau digunakan sebagai warna baju. Olo hanya muncul lewat stimulasi khusus terhadap sel penglihatan, menggunakan alat yang mengendalikan respons hingga 1.000 fotoreseptor secara individual. Dalam kondisi normal, mata manusia tidak mungkin menciptakan kondisi ini sendiri.

Meski terdengar seperti eksperimen seni, riset ini punya nilai ilmiah tinggi. Teknologi yang digunakan berpotensi digunakan dalam diagnosis penyakit retina, terapi buta warna, hingga studi lanjutan soal bagaimana otak memproses warna.

“Ini membuka banyak pintu bagi masa depan pengobatan dan pemahaman neurologi visual,” jelas Hannah Doyle, mahasiswa doktoral yang terlibat dalam penelitian.

Profesor Austin Roorda menambahkan, “Ini bisa jadi langkah awal revolusi dalam koreksi penglihatan presisi.”
Namun, tak semua ilmuwan sepakat bahwa olo adalah “warna baru”. John Barbur, pakar penglihatan dari City St George’s, London, menyebut olo sebagai bentuk sangat jenuh dari warna hijau. Tapi ia juga mengakui: cara olo muncul memang tak lazim dan tidak bisa dilihat secara alami.

 

Kelima partisipan yang berhasil melihat warna ini—tiga dari UC Berkeley dan dua dari University of Washington—sepakat bahwa Olo tidak dapat disamakan dengan warna yang sudah dikenal.

Ketika diminta mencocokkan warnanya, mereka hanya bisa mendekati dengan warna teal biasa, yang sebenarnya jauh dari intensitas warna asli Olo.

Tim Berkeley sendiri tak berniat membuat olo jadi tren desain interior atau fashion. Bagi mereka, olo hanyalah pintu masuk menuju dunia persepsi visual yang lebih dalam.

“Olo adalah titik awal, bukan titik akhir,” tutup Prof. Ng.

Meski terlihat seperti eksperimen artistik, riset ini memiliki potensi besar dalam bidang medis, seperti membantu pengobatan buta warna, diagnosis penyakit retina, dan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana otak mengolah informasi visual. Teknologi ini juga bisa merevolusi pemetaan penglihatan dan meningkatkan koreksi gangguan penglihatan secara presisi.

Namun, tidak semua ilmuwan sepakat bahwa Olo adalah warna baru dalam arti sejati. John Barbur, pakar penglihatan dari City St George’s, London, berpendapat bahwa mungkin hanyalah versi sangat jenuh dari warna hijau, bukan warna baru yang benar-benar berbeda. Meski demikian, ia mengakui bahwa cara Olo muncul memang sangat unik dan tidak mungkin terjadi dalam penglihatan sehari-hari.

Tim Berkeley menegaskan bahwa Olo bukanlah tren warna baru, melainkan titik awal untuk mengeksplorasi potensi persepsi warna manusia yang belum tergali. Fokus mereka kini adalah menyempurnakan teknologi stimulasi retina ini agar dapat membuka peluang penelitian lanjutan di bidang penglihatan dan neurosains.

Penemuan warna Olo ini membuka babak baru dalam ilmu persepsi warna dan teknologi visual, memperluas batasan apa yang bisa dilihat manusia dengan bantuan teknologi canggih. (*)

 

Aninggel

Google Rayakan Hari Kuantum Sedunia

Yasonna Laoly Dukung Ditjen Imigrasi untuk Berinovasi Gunakan Teknologi Digital

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »