Politisasi Bansos Berpengaruh Signifikan Dongkrak Suara Prabowo-Gibran
Ex-Pose.net, BOGOR – Dugaan Bansos di Jadikan alat politik dalam Pilpres 2025 tidak ada yang dapat membantahnya. Begitupun dengan fakta politisasi bansos sangat berpengaruh secara sangat signifikan untuk mendongkrak hasil perolehan suara dari Pasangan Calon 02 Prabowo-Gibran.
Hal di atas juga terkorfirmmasi melalui suatu hasil studi Araujo yang menyatakan penyalahgunaan sumber daya negara oleh politisi seperti bansos dan BLT untuk meraup suara dalam Pemilu. Terbukti efektif di lima negara termasuk Indonesia (Araújo, 2021).
EX-POSE.NET NEWS : Latest-Trusted-Objective || Terima kasih sudah masuk dan membaca Portal Berita-Berita kami
Hasil survei yang di lakukan oleh LSI yang rilis pada Februari 2024 lalu mengonfirmasi sinyalemen di atas dengan menyatakan sangat tegas bahwa 69 persen penerima bansos memilih Prabwo-Gibran.
Survei itu juga menyatakan yang tidak terima Bansos tidak meilih Prabowo-Gibran. Lebih lanjut survei mengemukakan bahwa tingkat dukungan masyarakat yang mengaku tidak menerima bansos terhadap 02 itu lebih rendah di banding dengan dukungan masyarakat yang menerima bansos kepada 02.
Poltisasi Bansos situ di lakukan dengan meningkatkan anggaran Perlinsos secara sangat signifikan di masa pemilu. Jika di bandingkan pada tahun 2023 meningkat Rp53,5 trilun dan meningkat lebih dari Rp190 trilun. Bila dana tersebut di bandingkan dengan masa semua ada Pandemi di tahun 2019 yang hanya Rp308 triliun.
Selain itu, Bansos 2024 di percepat pemberian distribusinya secara sengaja sebelum Pilpres di lakukan. Hal ini terkonfirmasi dengan pemberian bansos di tahun 2023 dan 2022.
Politisasi bansos dan kampanye terselubung Presiden Jokowi mempunyai pengaruh signifikan pada hasil survei terhadap Prabowo dan hal itu terkonfirmasi dari hasil survei.
Misalnya, survei yang di rilis Litbang Kompas pada Agustus 2023 hasil Survei Prabowo hanya sekitar 24,6 persen saja tapi meningkat menjadi 39,3 persen. Ketika Presiden Jokowi mulai aktif kampanye terselubung melalui kunjungan ke daerah dan meningkat lagi menjadi 58,8 persen. Setelah guyuran bansos di lakukan makin intensif dan demonstratif.
Dalam faktanya, politisasi bansos menjadi faktor pendongkrak utama yang di sertai dengan pelibatan Lembaga Kepresidenan beserta jajaran Kementerian, mobilisasi dan pengerahan
Aparat Penegakan Hukum dan aparatur Negara. Mulai dari penjabat kepala daerah hingga kepala desa. Kesemuanya itu berujung pada intervensi untuk mengaruhi para pemilih guna memenangkan Paslon O2 Prabowo Gibran.
Keseluruhan uraian di atas terkonfirmasi juga jika membandingkan peroleh suara Prabowo pada Pilres 2014 dan tahun 2019 jika di bandingkan dengan 2024.
Seperti di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara pada tahun 2014, peolehan suara Prabowo hanya 21,91 persen dan tahun 2019 hanya tinggal 9,01 persen. Tapi di 2024 menjadi 75,39 persen. Ada lonjakan yang fantastis dan hampir musykil terjadi serta sangat tidak wajar. Jika tidak ada faktor signifikan yang memengaruhinya seperti sudah di uraikan di atas.